banner 728x250
QRIS  

QRIS: Revolusi Digital dari Warung ke Dunia

Indonesia Bisa Menjadi Pemimpin Ekonomi Digital Asia Tenggara

banner 120x600
banner 468x60

Loading

 

banner 325x300

Jakarta – Di tengah geliat ekonomi global yang melambat, Indonesia justru menorehkan langkah maju dalam sektor keuangan digital. Dari warung kopi di pinggir jalan hingga pelaku UMKM di pelosok desa, satu kode telah mengubah cara bangsa ini bertransaksi: QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).

Diluncurkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2019, QRIS menjadi simbol revolusi digital yang menyatukan berbagai sistem pembayaran elektronik di tanah air. Kini, lebih dari 35 juta merchant telah menggunakan QRIS. Angka ini melampaui target dan menjadikan Indonesia salah satu negara dengan adopsi sistem pembayaran digital tercepat di dunia.

BACA JUGA:  Kekuasaan Bisa Membuat Orang Tunduk, Tapi Tak Pernah Bisa Membuat Mereka Menghormatimu

Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi QRIS mencapai Rp305 triliun pada tahun 2024, naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin perubahan perilaku ekonomi rakyat — dari tunai menuju nontunai, dari lokal menuju global.

“Dulu kami cuma terima uang tunai. Sekarang pembeli tinggal scan, cepat dan aman,” kata Nurlela, pemilik warung kecil di Kota Jambi. Ia tidak lagi repot mencari uang kembalian, dan transaksi bisa dicatat otomatis lewat aplikasi perbankan digital.

BACA JUGA:  Sandiaga Uno: Minat Investor Asing Meningkat, Bukti Stabilitas Kepemimpinan Prabowo

Fenomena ini bukan hanya mempercepat roda ekonomi, tapi juga memperluas inklusi keuangan. Rakyat kecil kini memiliki akses pada layanan digital yang dulu hanya dinikmati kalangan kota besar. Inilah wajah baru ekonomi Indonesia: efisien, transparan, dan terkoneksi.

Namun, di balik kemajuan tersebut, masih ada tantangan. Akses internet di daerah terpencil belum sepenuhnya stabil. Literasi digital masyarakat pun masih perlu ditingkatkan agar tak mudah tertipu oleh penipuan online atau penyalahgunaan data.

Pemerintah bersama Bank Indonesia terus memperkuat fondasi keamanan dan infrastruktur pembayaran nasional. “QRIS bukan hanya alat bayar, tapi gerakan menuju ekonomi digital nasional yang inklusif,” tegas Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam forum ekonomi digital 2025.

BACA JUGA:  Demokrasi Dagelan: Partai Politik, Perbohiran di DPR, dan Undang-Undang Pesanan

Transformasi ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi teknologi asing, tapi juga pencipta ekosistem digital mandiri. Dunia melihat Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang yang menunggu arus investasi, melainkan motor penggerak inovasi keuangan Asia Tenggara.

QRIS lahir dari semangat kemandirian. Dari warung kecil hingga transaksi internasional lintas batas ASEAN, Indonesia membuktikan satu hal:
Era ekonomi digital bukan milik segelintir elite, tapi milik seluruh rakyat.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *